Mengulas Teori Hegemoni Antonio Gramsci Dalam Kehidupan Sehari-hari

 Arifah Rizqi Ramadhani

Teori Sosiologi Modern A

Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Mengulas Teori Hegemoni Antonio Gramsci Dalam Kehidupan Sehari-hari

 


Antonio Fransesco Gramsci atau dikenal sebagai Antonio Gramsci merupakan seorang filsuf yang sebagian besar pemikiran intelektualnya dipengaruhi oleh hasil pengalaman pribadi serta fenomena sosial yang terjadi dikehidupannya. Gramsci lahir di Ales, Italia pada tanggal 22 Januari 1891. Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara- dari pasangan Fransesco Gramasci dan Giuseppina Marcias. Ide pemikiran intelektual Gramsci berakar dari pemikiran Karl Marx tentang kaum dominasi kapitalis yang menekan kaum lemah. Selain itu, terdapat beberapa tokoh lain yang juga mempengaruhi Gramsci seperti Friedrich Engels, Beneddeto Crocce dan Vladimir Lenin.  

Ide-ide pemikiran Gramsci dimulai ketika Gramsci menetap di Turin, sebuah kota industri modern yang penuh kemewahan. Selama di Turin, Gramsci melihat berbagai macam ketimpangan sosial yang terjadi antara kelas buruh di kota dan petani di desa. Gramsci melihat dan mengamati bahwa kaum kapitalis-borjuis terus saja berkembang dan menjadi dominan- sehingga, kaum dominan tersebut terus menekan kaum lemah atau proletar. Selain itu, ide-ide Gramsci juga bermula ketika ia terlibat kedalam aktivitas politik- yang kemudian membuatnya menjadi seorang revolusioner. Dan puncak pemikiran Gramsci adalah ketika ia dipenjara oleh rezim Fasis di Itialia- karena menentang kebijakan Fasis, yaitu sistem pemerintahan yang otoriter. Dari berbagai pengalaman itulah, Gramsci mengembangkan teori Hegemoni- yang sebelumnya sudah dikembangkan para Marxis Rusia, terutama oleh Plekhanov sekitar tahun 1883 dan juga oleh Vladimir Lenin- yang telah meletakkan dasar konsep dari hegemoni.

Saya mengenal Teori Hegemoni ini dari buku karya Steven J. Jones yang berjudul “Antonio Gramsci”. Dari buku tersebut- lebih tepatnya pada bab hegemoni, Gramsci mengatakan bahwa hegemoni berhubungan dengan paksaan dan persetujuan, dominasi dan kepemimpinan, good sense dan common sense, serta hegemoni terbatas dan meluas, yang dibangun menjadi konsepsi atau pendapat yang bernuansa otoritas politik dan budaya (Jones, 2006:41). Lebih jelasnya, saya membaca buku milik Walter L. Adamson yang berjudul “Hegemony and Revolution: Antonio Gramsci’s Political and Cultural Theory”, di dalam buku tersebut menjelaskan bahwa konsep hegemoni milik Gramsci memiliki dua definisi terkait, pertama, hegemoni berdasar pada konsensual- tercipta atas dasar persetujuan dari sebuah sistem politik yang ada dalam masyarakat sipil, yang kedua, hegemoni ini mengatasi ekonomi-korporasi, yaitu tingkat hegemoni mempresentasikan kemajuan menuju “kesadaran kelas”, di mana kelas dipahami tidak hanya secara ekonomi tetapi juga dalam pengertian kesadaran moral dan intelektual yang sama, budaya yang sama (Adamson, 1980: 170-171).

Dari penjelasan diatas, saya memahami teori hegemoni menurut Gramsci ini adalah upaya kelas kapitalis dalam menekan kaum lemah atau bawahan melalui cara-cara yang ideologi dan lebih halus- tidak lagi atau tidak melulu dengan paksaan sehingga ‘terkadang’ kaum lemah atau bawah merasa tidak sadar telah ditekan oleh kaum dominan. Dalam hal ini, masyarakat- entah sadar ataupun tidak, yang pasti telah dikontrol oleh pihak yang berkuasa atau dominan, sehingga hal itu membuat orang-orang yang berkuasa dapat terus mempertahankan kekuasaannya.

Contoh sederhana dari teori hegemoni Antonio Gramsci dalam kehidupan sekitar, misalnya perusahaan perdagangan elektronik (toko daring) terbesar di Indonesia seperti #teamhijau dan #teamorange mendatangkan boygrup dan girlgrup Korea Selatan untuk menjadi brand ambassador atau model iklan perusahaannya. Hal itu tak lain untuk menarik perhatian masyarakat, terutama kpopers- yang mana notabenenya populasi kpopers di Indonesia sangat banyak- agar terus berbelanja di perusahaan toko daring tersebut. Selain mendatangkan boy/girlgrup, perusahaan toko daring tersebut juga menggunakan fitur flashsale, gratis ongkir, voucher diskon, dan banyak promo untuk menambah ketertarikan masyarakat. Dengan strategi marketing yang dilakukan perusahaan daring tersebut, akan membuat masyarakat terus berbondong-bondong untuk melakukan pembelanjaan online. Sehingga dengan begitu, perusahan toko daring tersebut akan mengalami kenaikan profit. Analisisnya dalam teori hegemoni Gramsci adalah, perusahan toko daring ini diibaratkan kaum dominan atau penguasa yang terus menekan masyarakat- kaum lemah secara tidak langsung. Dan strategi marketing yang dilakukan perusahaan toko daring itu adalah upaya yang ‘tidak disadari’ oleh masyarakat, agar masyarakat terus melakukan kehendak dari penguasa tersebut- disini dicontohkan dengan masyarakat terus melakukan pembelanjaan online melalui aplikasi yang dibuat oleh perusahaan toko daring. Dari contoh tersebut, hegemoni sudah tidak lagi menggunakan kekerasan ataupun paksaan, melainkan menggunakan upaya ideologis dan intelektual.

 

Referensi 

 

Adamson, Walter L. (1980). Hegemony and Revolution: A Study of Antonio Gramsci’s Political and Cultural Theory. Barkeley, CA: University of California Press.

Fariyah, Iklilah M D. (2011). Hegemoni Antonio Gramsci: Sejarah dan Perkembangannya dalam Ranah Antropologi. Antropologi Indonesia, 32(2), 99-110.

Hoare, George & Nathan Sperber. (2016). An Introduction to Antonio Gramsci: His Life, Thought, and Legacy. New York: Bloomsbury Publishing Pls.

Jones, Stave. (2006). Antonio Gramsci. New York: Routledge.

Mayo, Peter. (2015). Hegemony and Education Under Neoliberalism Insights from Gramsci. New York: Routledge.

Siswati, Endah. (2017). Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Jurnal Translitera, Edisi 5, 11-33.

Syukur, Muhammad. (2019). Praktik Hegemoni Mahasiswa Senior Terhadap Junior Di Dalam Kehidupan Kampus. Society, 7(2), 77-89.

 

Komentar